keluarga merupakan unit terkecil dari suatu komunitas. Keluarga
terbentuk dari sebuah ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis mula-mula terpenuhi dari lingkungan
keluarga. Anak menganggap keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita,tempat bertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana anak sedang
mengalami permasalahan. Kondisi ini mengisyaratkan keluarga merupakan salah
satu dari sumber dukungan yang penting bagi anggota keluarga yang tengah
menghadapi permasalahan, terutama bagi anak (Amalia, 2005).
Keluarga juga merupakan pusat kebahagiaan bagi seluruh anggota
keluarga termasuk anak. Apabila kondisi keluarga harmonis, maka seluruh
anggota keluarga juga mengalami kehidupan yang baik dan be rbahagia, termasuk
anak. Kebutuhan-kebutuhan psikologis yang wajib terpenuhi agar seluruh anggota
keluarga mendapatkan kebahagiaan antara lain, cinta dan kasih, kepuasan seksual
antara ayah dan ibu, berbagi dan diskusi, rekreasi dan hobi, ketulusan dan
keterbukaan, penampilan menarik, nafkah harta, bantuan rumah, asuhan keluarga
serta pujian dan penghargaan (Ridha, 2008).
Keluarga harmonis menurut Islam lebih dikenal dengan istilah keluarga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah (samara). Paradigma yang muncul bagi
muslim dalam berkeluarga berasal dari motivasi bahwa berkeluarga adalah untuk
beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa
berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum -hukum Allah
di muka bumi. Sehingga, pusat perhatiannya dalam berkeluarga adalah
meningkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah, nafsiyah (emosi kejiwaan), jasadiyah
dan sosialisasi setiap anggota keluarga. Dalam keluarga samara itulah, manusia
akan melahirkan pribadi Islami untuk saat ini dan masa depan (Bugi, 2007).
Anak sebagai generasi penerus dalam pengertian bernegara, generasi
penerus adalah calon pembawa tongkat estafet pembangunan berikutnya yang
merupakan bagian perjuangan berkesinambungan sebuah bangsa. Dalam
pengertian biologis, ia merupakan pelanjut keturunan dalam rangkaian pelestarian
seb
terbentuk dari sebuah ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis mula-mula terpenuhi dari lingkungan
keluarga. Anak menganggap keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita,tempat bertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana anak sedang
mengalami permasalahan. Kondisi ini mengisyaratkan keluarga merupakan salah
satu dari sumber dukungan yang penting bagi anggota keluarga yang tengah
menghadapi permasalahan, terutama bagi anak (Amalia, 2005).
Keluarga juga merupakan pusat kebahagiaan bagi seluruh anggota
keluarga termasuk anak. Apabila kondisi keluarga harmonis, maka seluruh
anggota keluarga juga mengalami kehidupan yang baik dan be rbahagia, termasuk
anak. Kebutuhan-kebutuhan psikologis yang wajib terpenuhi agar seluruh anggota
keluarga mendapatkan kebahagiaan antara lain, cinta dan kasih, kepuasan seksual
antara ayah dan ibu, berbagi dan diskusi, rekreasi dan hobi, ketulusan dan
keterbukaan, penampilan menarik, nafkah harta, bantuan rumah, asuhan keluarga
serta pujian dan penghargaan (Ridha, 2008).
Keluarga harmonis menurut Islam lebih dikenal dengan istilah keluarga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah (samara). Paradigma yang muncul bagi
muslim dalam berkeluarga berasal dari motivasi bahwa berkeluarga adalah untuk
beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa
berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum -hukum Allah
di muka bumi. Sehingga, pusat perhatiannya dalam berkeluarga adalah
meningkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah, nafsiyah (emosi kejiwaan), jasadiyah
dan sosialisasi setiap anggota keluarga. Dalam keluarga samara itulah, manusia
akan melahirkan pribadi Islami untuk saat ini dan masa depan (Bugi, 2007).
Anak sebagai generasi penerus dalam pengertian bernegara, generasi
penerus adalah calon pembawa tongkat estafet pembangunan berikutnya yang
merupakan bagian perjuangan berkesinambungan sebuah bangsa. Dalam
pengertian biologis, ia merupakan pelanjut keturunan dalam rangkaian pelestarian
seb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar